Connect with us

Mengejutkan! Beginilah Sisi Gelap Dibalik Glamornya Industri Kuala Tanjung

Tampak Semburan cerbong asap hitam pekat keluar dari pabrik milik PT Multi Mas Nabati Asahan (PT MNA) di kawasan Industri Kuala Tanjung (Foto Istimewa Kontra.ID).

EKONOMI

Mengejutkan! Beginilah Sisi Gelap Dibalik Glamornya Industri Kuala Tanjung

Dalam 5 tahun terakhir ini sejumlah investor telah banyak berjaya dalam mengkebut sejumlah proyek ambisius di kawasan ini, seperti Rel KA, jalan Tol, proyek pelabuhan terintegrasi dan segala kemewahan gedung PT Inalum, yang kini telah mengubah wajah Kuala Tanjung lama nyaris seperti kota modern ala Rotterdam. Tidak sedikit investor dari belahan dunia yang bermimpi ingin mengambil kesempatan untuk meraih dolar dan percik kilauan emas dari gemerlapnya sektor ini. Namun dibalik kemewahan itu ternyata memiliki sisi gelap yang mengejutkan; Di bawah hingar bingar lampu-lampu industri, tak banyak orang tahu, seperti segala kemewahan itu sebenarnya hanyalah cangkang luar dari megahnya industri Kuala Tanjung saat ini.

Kontra.id — Saat mendengar tentang Kawasan Industri Kuala Tanjung, kebanyakan orang-orang termasuk anda sendiri pasti akan membayangkan sebuah kawasan industri raksasa yang modern dan terintegrasi.

Dalam 5 tahun terakhir ini sejumlah investor telah banyak berjaya dalam mengkebut sejumlah proyek ambisius pembangunan di kawasan itu, seperti pembangunan Rel Kereta Api, jalan Tol, proyek reklamasi pelabuhan Internasional Hub Port Kuala Tanjung, yang kini telah mengubah wajah Kuala Tanjung lama nyaris seperti kota modern ala Rotterdam.

Selain kemegahan itu, kehadiran seperti gedung yang mirip dengan pencakar langit seperti gedung smart Building PT Inalum. Juga terdapat pabrik sawit raksasa seperti Multi Mas Nabati Asahan milik Wilmar Group, PT Bakrie, PT Prima Multi Terminal, kehadiran sejumlah perusahaan ini lama menghiasi kawasan ini sebagai kiblatnya industri di Sumatera Utara.

Selain Kawasan industri ini juga dikenal sebagai gerbang menuju Selat malaka, kawasan di Kuala Tanjung juga dikenal telah lama mengokohkan dirinya sebagai salah satu objek vital nasional yang berdiri diantaranya sebanyak 54% perusahaan yang beroperasi dari rata-rata perusahaan yang ada di kabupaten Batu Bara (catatan BPS 2017) dengan capaian PDB menimbus Rp.23.92 triliun (BPS; 2020)

Berdasarkan indikator inilah, tidak sedikit dari investor dari belahan dunia yang bermimpi untuk bisa mengambil kesempatan untuk meraih dolar dan percik kilauan emas dari gemerlapnya Kuala Tanjung disektor ini.

Dimana uang dan modal terus berputar di kawasan Industri Kuala Tanjung, hanya saja yang tak banyak orang tahu, seperti segala kemewahan dan glamornya disektor produksi dan investasi, perputaran uang dan modal yang terus lalu lalang sebenarnya hanyalah cangkang luar dari megahnya industri Kuala Tanjung yang telah lama dihias dalam citra pemberitaan seoalah-olah tampak megah.

Namun di balik gemerlap Kuala Tanjung, siapa mengira jika di sini juga terdapat pemukiman kumuh hingga mencapai seluas 56,15 Kilometer di kawasan industri Kuala Tanjung, jalan-jalan acces road yang rusak berat hingga tidak adanya penerangan lampu Jalan umum di sepanjang acces Road menuju industri Kuala Tanjung disertai banyaknya bagunan liar.

Disamping itu juga banyaknya para buruh perusahaan di kawasan Industri Kuala Tanjung yang kerap di-PHK tanpa sepeserpun menerima pesangon. Belum termasuk Proyek Rel Kereta Api yang mangkrak yang menyebabkan pelaku UMKM kehilangan mata pencariannya.

Hal tersebut belum termasuk banyaknya sampah yang menumpuk dan pencemaran limbah akibat aktivitas pabrik yang sesuka kuasa. Ya, areal ini tak sesempurna seperti yang dibayangkan dalam pemberitaan-pemberitaan nasional, kawasan Industri Kuala Tanjung juga telah memiliki sisi gelapnya, layaknya kebanyakan tempat-tempat lain di dunia.

Terdapat Permukiman Kumuh di Kawasan Industri dengan rekor tertiggi berdasarkan luas kumuh di Batu Bara capai 56,15 Km

Areal kumuh di kawasan Industri Kuala Tanjung

Tak banyak orang tahu jika di Kawasan Industri Kuala Tanjung terdapat sebuah areal kawasan pemukiman penduduk yang sangat kumuh.

Seperti yang ada di Desa Lalang tepatnya di dusun Sei Padang, salah satu kawasan yang telah ditetapkan Pemerintah sebagai salah satu kawasan industri Nasional ini juga masih ditemukan Permukiman Kumuh dengan luas rekor tertinggi di seluruh kabupaten Batu Bara hingga mencapai 48,66 Kilometer dari 22 Desa kumuh yang ada di kabupaten Batu Bara.

Berdasarkan catatan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (PERKIM) kabupatem Batu Bara tahun 2021; di Desa Kuala Indah yang juga masuk katagori dalam pengembangan kawasan Industri, juga masih ditemukan Permukiman Kumuh dengan luas hingga capai 7,49 Kilometer. Dengan demikian, total kemumuhan pada pemukiman kawasan Industri Kuala Tanjung mencapai 56,15 kilometer Permukiman kumuh di kawasan itu.

Kehidupan kumuh di kawasan Industri Kuala Tanjung

Dimana kekumuhan di kawasan Industri Kuala Tanjung saat ini meliputi tidak adanya keteraturan bangunan, minimnya akses jalan lingkungan, kurangnya drainase, minimnya air bersih, serta banyaknya jamban di pinggir sungai, persampahan, serta limbah berantakan, sebenarnya di kawasan ini juga terjadi masalah sosial yang telah membuat jurang antara si kaya dan miskin kian melebar, dibalik gemerlapnya Industri Kuala Tanjung saat ini.

Kondisi Buruh yang Memprihatinkan, Sebanyak 162 Buruh Di-PHK Tanpa Pesangon

Setelah di-PHK tak mendapatkan pesanogn, para buruh Koperasi Karyawan Inalum melakukan tidur di jalan ketika pemerintah tidak bisa buat apa-apa.

Di kawasan Industri Kuala Tanjung, kehidupan para buruh begitu gersang. Sebuah desa dengan label “industri objek vital nasional” yang berdiri diantaranya lebih dari 107 perusahan di desa itu mulai dipadati Duka Nestapa para Buruh, 109 orang buruh disana dikabarkan kian terombang -ambing setelah di-PHK oleh Koperasi Karywan Inalum (Kokalum)

Yang lebih miris, para pekerja yang ada di kawasan Industri Kuala Tanjung, salah satunya adalah para pekerja buruh dibawah nauangan Koperasi Karyawan Inalum (Kokalum), ditemukan sepanjang 29 April hingga 21 Juni 2021 telah berlangsung PHK buruh sebanyak 162 Buruh, hingga saat ini dari 162 buruh yang telah di-PHK oleh koperasi Karyawan PT Inalum (Kokalum) itu sepeserpun buruh belum mendapatkan pesangon, dengan alasan Koperasi Karyawan Inalum selama 10 tahun terakhir ini mengalami kerugian. Catatan tersebut berdasarkan hasil audit dari KAP yang disampaikan oleh perwakilan PT Inalum.

Gelap Gulita, Jalan Kawasan Industri Kuala Tanjung Tak Ada Penerangan Jalan Umum

Tabrakan dua sepeda motor di jalan acces Road  Inalum yang melibatkan tiga remaja pelajar, warga Kabupaten Batubara, mengakibatkan 1 orang tewas dan 2 orang lainnya dalam keadaan luka parah. Dalam kejadian ini tampak di sepanjang jalan kawasan Industri Kuala Tanjung tersebut tidak adanya satupun penerangan jalan umum di kawasan Kuala Tanjung.

Mendengar kata Kawasan Industri Kuala Tanjung, kebanyakan orang luar akan langsung membayangakan bahwa kawasan ini megah penuh dengan gemerlap pabrik-pabrik raksasa handalan negara yang menjadi penopang ekonomi nasional, dan berbagai gelamornya industri pabrik disana dan dengan banyaknya perputaran uang dan modal. Karena kemegahan di sektor investasi, kawasan ini juga laris manis jadi perbincangan hangat di tingkat nasional yang manjdi pencitraan nasional.

Namun ada banyak yang tidak mengetahui, bahwa di sepanjang kawasan industri daerah ini tidak ditemukan adanya penerangan lampu jalan, mulai dari ditetapkannya Kuala Tanjung sebagai kawasan Industri hingga saat ini belum adanya ketersedian penerangan jalan umum yang memadai di sepanjang kawasan Industri Kuala Tanjung. Tatkala malam tiba, kawasan ini Gelap Gulita karena tidak adanya Penerangan Jalan Umum, sehingga jalan tersebut mudah menjadi jalur maut bagi para Pengguna jalan.

Udara yang Bau Disebabkan Cerbong Asap

Semburan asap hitam pekat diduga dari pabrik milik PT Multi Mas Nabati Asahan (PT MNA) yang memproduksi minyak makan dengan produk Sania dan Fortune. Pabrik itu kerap mengeluarkan semburan asap hitam pekat diduga berbau di sekitar lingkungan Pabrik. (Foto Istimewa Kontra.ID.

Asap pekat dari cerobong Pabrik Kelapa Sawit (PKS) diduga milik PT Multi Mas Nabati Asahan (MNA), salah satu perusahaan di bawah arahan dari Wilmar Group, yang beroperasi di kawasan Industri Kuala Tanjung tepatnya berada di Desa Lalang, selama ini juga telah banyak dikeluhkan oleh warga sekitar pabrik.

Akibat bau busuk cerbong asap yang diduga berasal dari PT Multi Mas Nabati Asahan ini, sebahagian warga sekitar juga sempat mengeluhkan kerongkongan mereka kering, kepala pusing, kadang diiringi mual, terganggunya pernapasan diduga berasal dari aktivitas industri di sekitaran lingungan pabrik.

Pabrik Kerap Membuang Limbah ke Laut

Saluran limbah yang menghadap ke laut diduga milik Pabrik PT Multi Mas Nabati Asahan (PT MNA).

Masih ditemukan adanya aktivitas pabrik di kawasan Industri Kuala Tanjung yang masih diduga membuang limbah ke laut hingga mengakibatkan air laut di kawasan industri Kuala Tanjung bercampur dengan minyak.

Saluran limbah yang menghadap ke laut diduga milik Pabrik PT Multi Mas Nabati Asahan (PT MNA).

Salah satunya diduga dilakukan oleh PT Multi Mas Nabati Asahan (PT MNA) yang sempat dikeluhkan oleh warga Nelayan yang tergabung di HNSI daerah itu akibat perusahaan tersebut diduga kerap membuang limbahnya ke laut.

Berbagai opini masyarakat setempat bahkan sempat membubuhkan predikat “number one public enemy” kepada pabrik tersebut.

Bahkan oleh sejumlah nelayan menganggap aktivitas pabrik yang membuang limbahnya ke laut ini telah banyak mengurangi pendapatan nelayan. Para Nelayan sempat kesulitan mendapat tangkapan, yang mempengaruhi mereka dalam mencari nafkah di sekitar laut.

Terkait ini pihak Multi Mas Nabati Asahan melalui EHS, pernah membenarkan pabriknya masih membuang limbah ke laut, namun pihak EHS mengklaim bahwa pabriknya selama ini membuang limbah ke laut tetap mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

MEMALUKAN, Jalan di Kuala Tanjung masih Rusak Parah dan Kadang Menjadi Jalur Maut

Di sepanjang Jalan Acces Road Inalum di dalam kawasan Industri Kuala Tanjung hingga kini masih dibiarkan rusak dalam keadaan parah.

Alih-alih Pemerintah memperbaiki jalan dengan timbal sulam yang menjadi tanggung jawabnya, namun dua bulan diperbaiki, kerusakan yang lebih parah justru terjadi lagi.

Kondisi itu memalukan mengingat di jalan acces road PT Inalum itu juga ada banyak terdapat industri raksasa seperti Wilmar Group yang masih banyak melibatkan transportasi berat kerap keluar masuk melintasi jalan tersebut. Jalan utama yang rusak ini juga menghubungkan ke kawasan pelabuhan atau hub port Internasional Kuala Tanjung, PT Inalum, PT PMT, Bakrie Group dan laiannya.

Disamping sepajang jalan acces road Inalum di Kawasan Industri Kuala Tanjung tersebut juga Tak Ada Penerangan Jalan Umum sehingga jalan tersebut terkadang menjadi Jalur Maut.

Sisi Lain Hingar Bingar Kawasan Industri Kuala Tanjung Yang Dipenuhi Sampah

Tumpukan sampah di acces road PT Inalum

Ada saja sisi gelap di balik kemegahan kawasan Industri Kuala Tanjung, yang belum banyak terekspos. Kuala Tanjung, salah satu kawasan strategis yang terkenal gemerlap dengan ikonnya sebagai objek vital nasional, Jika mendengar Kawasan Industri ini, hal yang terbayang adalah kemegahan dan keteraturan.

Daerah ini memang dikenal memiliki taraf hidup tinggi, sekaligus telah mengubah wajah kabupaten Batu Bara yang identik dengan kehidupan pesisir yang gersang menjadi daerah surga bagi para investor. Namun apa jadinya jika tumpukan sampah yang berserakan dan berbau (22/06/2020) menyengat di kawasan itu

Kawasan Industri Kuala Tanjung Ternyata Masih Banyak Dipenuhi oleh Bagunan Liar

Tampak masih babnaknya bagunan liar berjejer di sepanjang jalan kawasan Industri Kuala Tanjung

Ratusan bangunan liar berjajar di sepanjang Jalan kawasan industri Kuala Tanjung, padahal lokasi tersebut merupakan jalur kawasan objek vital nasional di daerah itu, Namun, sayang ada saja sisi gelap di balik kemegahan di kawasan Industri Kuala Tanjung saat ini yang kondisinya terlihat penuh sesak, semerawut, dan kumuh, tak semegah dengan segala kemewahannya disektor produksi dan investasi dalam citra pemberitaan seoalah-olah tampak indah.

Proyek Rel Kereta Api Mangkrak dan Membuat Pelaku UMKM Menjadi Terganggu

Pemerintah telah menaruh perhatian yang begitu besar terhadap kawasan Industri Kuala Tanjung. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya proyek pembangunan infrastruktur di kawasan itu, Namun, sebagian dari proyek infrastruktur ini justru membuat sebahagian pelaku UMKM hancur dan kehilangan mata pencaharian.

Salah satunya adalah proyek Rel Kereta Api Kuala Tanjung. Kondisi Pasar Pajak Sore di kawasan Kuala Tanjung hingga kini masih terganggu setelah jalan rel dibagun namun hasil pembagunan proyeknya berjalan dengan mangkrak dan hingga saat ini rel kereta api belum dioperasikan, disamping juga telah mengaggu kehidupan pelaku UMKM.

Sisi Lain Hingar Bingar Kuala Tanjung, Masyarakat Sekedar Daki dan Menjadi Alas Kaki bagi Kepentingan Ekonomi Nasional

Setelah di-PHK tak mendapatkan pesanogn, para buruh Koperasi Karyawan Inalum melakukan tidur di jalan ketika pemerintah tidak bisa buat apa-apa.

Terlepas dari rumor ketidakmampuan Pemerintah dalam menjaga reputasi glamornya kawasan Industri Kuala Tanjung saat ini, Ketidakhadiran pemerintah pada persoalan ketimpangan ini semakin membenarkan pesimisme bahwa kabupaten Batu Bara saat ini hanyalah soal slogan hebat pada kawasan Industri Kuala Tanjung, sedangkan manusia- manusia di dalamnya hanyalah sekadar daki. Masyarakatnya tetap saja menjadi alas kaki bagi kepentingan ekonomi nasional, tanpa memperhatikan ketimpangan yang selama ini terjadi di kawasan Industri Kuala Tanjung.

Disadari atau tidak, dengan mengoperasikan terminologi semangat pembangunan dengan iming-iming proyek nasional di Kuala Tanjung seolah-olah sudah melakukan banyak hal kepada Masyarakat setempat, Daerah justru telah menguggat satu hal yang mendasar yang selama ini masih jauh dari sorotan: yakni ketimpangan ekonomi pada masyarakat lokal yang juga tak kalah mengharukan dari hanya sekedar slogan masyarakat industri dengan iming-iming membagun kesejahteraan masyarakat, namun dengan kesadaran palsu**

An introverted mind wanderer who loves writing to heal, help, and live. Photography enthusiasts and philosophy admirer.

More in EKONOMI

To Top