Connect with us

Polemik Dana Studi Tiru Kades Se Batu Bara ke Bali, Ternyata Di Zaman Ok Arya Jauh Lebih Boros dari Zaman Zahir

RAGAM BATU BARA

Polemik Dana Studi Tiru Kades Se Batu Bara ke Bali, Ternyata Di Zaman Ok Arya Jauh Lebih Boros dari Zaman Zahir

Kontra.ID — Perjalanan studi tiru sebanyak 141 Kepala di Desa kabupaten Batu Bara di Bali dengan tujuan mengamati secara langsunng, meniru dan memodifikasi sejumlah potensi ekonomi di Bali yang bakal disesuaikan dengan kearifan lokal di kabupaten Batu Bara belakangan dianggap oleh sejumlah masyarakat sebagai tindakan pemborosan.

Hingga saat ini, Keberangkatan Studi Tiru seliruh Kepala Desa (Kades) Se-Kabupaten Batu Bara Ke Bali pada Sabtu (03/09/2022) lalu masih menuai banyak komentar dari sebahagian lapisan kelompok masyarakat.

Namun Berbeda halnya dengan pandangan kelompok masyarakat yang tergabung dalam Komunitas Peduli (Kompeni) Batu Bara.

Ketua Kelompok Peduli (Kompeni) kabupaten Batu Bara, Suib Wijaya.

Menurut Ketua KOMPENI Batu Bara Suib Wijaya meyakini tidak ada yang diboroskan dalam kegiatan Studi Tiru Kepala Desa se Batu Bara tersebut.

Kepala Desa, menurut Suib, memang harus lebih banyak lagi meniru serta memodifikasi langsung kemajuan pengelolaan Desa di Bali untuk nantinya akan dijadikan sebagai role model dalam penerapan desa yang maju di kabupaten Batu Bara.

Saat ini pemerintah kabupaten Batu Bara sedang menyiapkan standar BUMDes di Bali yang nantinya akan menjadi role model dalam pelaksanaan BUMDes di Batu Bara. Pemkab Batu Bara sendiri akan membantu Desa dalam hal ini.

“Studi tiru itu substansinya kan mencontoh atau meniru, mengamati, mengalami langsung secara praktis bagaimana tata kelola yang dilakukan sesuai kemajuan zaman, jika bagus langsung ditiru sekaligus dimodifikasi untuk diterapkan jadi roal model. Jadi Setiap kepala Desa yang ikut studi tiru ini bisa langsung mencontoh secara praktis tata kelola desa-desa di bali yang sudah baik mengelola sumber dayanya, misal di sektor pertanian, pariwisata dan SDA di Desa di Bali.”, tutur suib pada Jumat, (9/9/2022).

Menyinggung ihwal pemborosan anggaran Studi Tiru, Suib kemudian berpendapat Studi tiru seluruh Kades Batu Bara ke Bali yang menelan biaya hingga Rp15 Juta Per Kepala desa di era kepemimpian Zahir-Oky pada tahun ini bukan bentuk pemborosan.

Suib kemudian membandingkan Bimbingan Teknis (Bimtek) seluruh Kepala Desa era kepemimpiman Ok Arya Zulkarnain tahun 2017 lalu yang menghabiskan dana capai Rp43 juta.

Menurut Suib, justru era Zahir dalam mengarahkan pengelolaan Dana Desa sudah jauh lebih efektif, efesien dan lebih hemat sebesar Rp 28 Juta dibanding era Ok Arya Zulkarnain yang menghabiskan senilai Rp 43 Juta.

“Jadi Anggaran 15 juta untuk Studi tiru ke Bali saya pikir sudah efesien di tahun ini, tak hanya hemat, efesiem dan efektif, tapi juga logis dan sudah diperhitungkan dengan matang jika kita buat perbandingannya dari 2017 lalu yang menghabiskan anggaran mencapai Rp43 juta”, ungkap Suib.

Suib kemudian menayakan soal dimana logila pemborosan tersebut.

“Jadi Logika letak pemborosan studi tiru itu coba terangkan dulu dimana? Itu jelas bukan pemborosan. Kan banyak sekali hal-hal baik yang bisa diambil dan dimodifikasi langsung oleh kepala Desa kita di Batu Bara dari kemajuan Desa di Bali hanya dengan bermodalkan Rp15 juta, baik dari sisi pengelolaan pariwisatanya, peningkatan produksi komoditi hasil pertanian maupun transformasi SDA dan SDM nya di desa,” ungkapnya.

Beda Bimtek dan Studi Tiru, Antara Praktek dan Ongkang-Ongkang Kaki

Suib kemudian menjelaskan Bimtek yang selama ini dilakukan oleh Kepala Desa di era Ok Arya selama ini sangat jauh berbeda dengan Studi tiru kali ini di Era Zahir-Oky secara konsep.

Suib mengatakan bahwa bimtek era Ok Arya yang menelan anggaran Rp43 juta pada 2017 lalu hanya sekedar penjelasan teknis dan hanya duduk manis di ruangan untuk mendengarkan pemateri itu baru dapat dikatakan pemborosan.

Sedangkan studi tiru yang dilakukan oleh kepala Desa di era Zahir saat ini, kata Suib langsung masuk ke praktek meniru untuk dimodifikasi sesuai dengan kearifan lokal.

“Studi tiru ke Desa yang sudah maju itu baik secara teori maupun praktek kan jauh lebih baik dari pada hanya sekedar bimtek yang cuma duduk manis, ongkang-ongkang kaki sambil mendengarkan pemateri bayaran, saya pikir ini langkah bijak Pemdes untuk memajukan desanya dengan mencontoh Desa yang sudah maju taraf ekonominya, ini hubungannya tak hanya sekedar uang dan dana, tapi juga koneksi dan relasi”, papar Suib.

Objek lokasi Studi Tiru Merupakan Desa yang Memiliki Omset Miliaran

Suib kemudian mengatakan bahwa desa yang dikunjungi Kades se Batu Bara ke Bali ini merupakan desa yang sudah mandiri dan memiliki Bumdes dengan penghasilan milliaran rupiah.

“Lagi pula Studi tiru yang dilakukan Kades kita ke beberapa Desa di Bali ini merupakan Desa yang sudah jauh lebih unggul baik di sektor pariwisata, pertanian, yang dikelola langsung  BUMDES, dan itu yang mau ditiru, jadi letak logika pemboroannya dimana? Kan ada input, ada output,”, ujarnya

Selanjutnya Suib menegaskan siapa yang tak mengenal Desa KUtuh dengan Wisata Pandawa Bali kecuali masyarakat-masyarakat primitif yang tak mengetahui kemajuan Pandawa.

Sebahagian Pariwisata di Batu Bar Tak Terlepas Dari Hasil Tiruan

“Pantai di Kabupaten Batu Bara ini memang tak seindah Pandawa di Bali, namun perlu diketahui penghuni Pantai Pandawa Bali dulunya adalah masyarakat Desa primitif yang kurang berkmbang, kumuh dan miskin yang kini telah dirubah menjadi Desa pariwisata yang memiliki omset sebesar Rp50 miliar pertahunnya, yang dikelola langsung oleh BUMdes, dimana pegunjung sudah mencapai sekitar 1000-3000 orang perharinya.

“Jadi output dari studi tiru di Bali yang perlu kepala Desa kita ambil itu adalah tata kelola market Desa-desa di Bali. Bagaimana strategi ekonomi yang dilakukan bumdes di Bali sesuai potensinya, sehingga bisa berjalan sukses dan bisa meraup banyak omzet. yang kini mulai juga ditiru oleh desa di Perupuk, Batu Bara yang dahulunya tempat maksiat berubah jadi destitasi wisata. Dimana terbagun nya konsep Distinasi pariwisata di Pantai Perupuk saat ini juga kan tak terlepas dari hasil tiruan.” Kata Suib.

Tak hanya serta merta soal kemegahan Pariwisata di Bali

Selain Desa Kutuh, kunjungan Kepala Desa se kabupaten Batu Bara juga dilakukan ke Desa Tajun, Bali yang merupakan penghasil pupuk organik dan berhasil meraup keuntungan milliaran rupiah dalam setahun.

Upaya Untuk meningkatankan Produk Domestik Regional Bruto di Batu Bara

Suib juga meyakini bahwa kabupaten Batu Bara era Zahir periode pertama ini sangat mendukung kegiatan Studi tiru ke Bali, tak terlepas dari hubungannya dengan prioritas untuk meningkatankan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terutama di sektor pertanian agar kepala Desa memahami peta ekonomi di sektor pertaniam, disamping itu juga Pemerintah Batu Bara sedang membentuk rumah produksi pertanian yang harus segera dilakukan menyusul jumlah petani dan lahan pertanian terus menyusut yang perlu dukungan dari Pemdes.

Nilai Positif Studi Tiru, salah satunya sebagai Upaya Meningkatkan PDRB

“Ada banyak hal positif studi tiru yang bisa didapatkan sebagai upaya untuk meningkatkan PDRB atau taraf perekonomian desa kita secara kompak di Batu Bara kedepanya dari studi pertaniannya, ditambah sektor pertanian kita di sejumlah Desa ini kan memang memiliki peranan terbesar kedua dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).”

Dimana kedepannya dipeperlukan integrasi antar beberapa BUMdes di beberapa rumah produksi untuk meningkatkan kapasitas produksi hasil pertanian yang sudah tentu berhubungan dengan rencana prioritas Permerintah desa, Pemda, Pemrov hingga Pusat,” kata Suib.

Tak sekder hanya pepesan Kosong, Suib kemudian meyakini fakta lain tentang peranan penting ekonomi di sektor pertanian di Batu Bara yang saat ini masih menjadi salah satu dari lima sektor penyangga Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

“Seperti kita ketahui berdasarkan Data BPS, sektor pertanian di kabupaten Batu Bara kini masih menjadi salah satu sektor dari 5 peran penyangga PDRB tahun 2021 yang tumbuh positif hingga mencapai 37,9 trilliun setelah sektor pengolahan Industri yang dinilai menjadi solusi atas perbaikan ekonomi Batu Bara 2021 paska pandemi covid-19.

“Kan kita semua tau pertanian itu adanya kan di desa bukan di kota. intinya kan kunjungan Kades-kades kita ke Desa Tajun di Bali sebenarnya itu menjadi referensi dalam pengolahan pupuk organik untuk persipan peningkatan produksi hasil pertanian kita di sejumlah Desa di Batu Bara, terlebih petani kita banyak mengeluh karena harga pupuk terus melonjak naik, dan ini berhubungan juga dengan studi tiru yang perlu difahami Kepala Desa”, ujar suib.

Studi Tiru Bukan Hanya Soal Uang dan Pemboroan, lebih pada Strategi, koneksi, dan relasi

Tak hanya berhenti studi ke dua Desa di Bali, Kades di Batu Bara kata suib, juga mengunjungi Desa Blimbing yang sudah dideklarasikan sebagai Dewa Wisata, dengan landscape estetik bernuansa corak sawah yang natural.

“Selain Desa Kutuh, dan Tajun Kepala Desa kita juga berkunjung ke Desa Blimbing, Desa ini dikenal dengan kemajuan pariwisata, tak tanggung wisata Desa ini sudah diakui oleh organisasi Dunia seperti UNWTO, jadi tak perlu diragukan studi tiru yang dilakukan Pemerintah Desa Batu Bara di Bali ini bukan lagi soal uang dan pemboroan, tapi lebih pada strategi market, koneksi, dan relasi untuk memajukan taraf ekonomi desa kita di kabupaten Batu Bara,” pungkas suib.

Continue Reading
You may also like...

Sesuai dengan visi misi yang diusung media KONTRA.ID mengemas berbagai tulisan produk jurnalistik dengan menekankan pada prinsip “Interpretative Journalism” dengan memberi makna terhadap setiap pristiwa maupun fenomena dari sudut pandang yang tak biasa.

More in RAGAM BATU BARA

To Top