Ingin Jalan-Jalan ke Kampung Jepang? Ke Batu Bara Saja!

Kontra.id — Jepang menjadi salah satu negara tujuan berlibur favorit traveler asal Indonesia. Tak heran, Negara satu ini punya sejuta pesona yang bikin semua orang penasaran ingin datang.

Mulai dari keindahan alam, keunikan budaya dan keberagaman destinasi wisatanya, dijamin akan membuat siapapun ingin terbang ke Jepang.

Sayangnya, nggak semua traveler atau keluarga Indonesia beruntung bisa liburan ke Negeri Sakura itu. Lantaran untuk sampai ke Jepang, pastinya dibutuhkan budget besar.

Tapi kamu jangan khawatir dulu. Khusus Buat kamu orang indonesia yang ingin sekali merasakan sensasi berlibur ke Jepang, tapi belum bisa datang ke negaranya langsung, cukup kamu mampir saja ke kabupaten Batu Bara, provinsi Sumatera Utara.

‘Jepang’ Pindah ke Batu Bara

Pasalnya, negara ‘jepang’ telah resmi dipindahkan ke kabupaten Batubara, dan di sini ada sebuah kampung jepang keren yang menyuguhkan nuansa alam layaknya Jepang yang dibagun oleh Bupati kabupaten Batu Bara Zahir.

Bupati Batu Bara, Zahir saat meresmikan Kampung Jepang di Desa Perupuk, Senin, (9/12/2019) – Foto Humas Pemkab Batu Bara @2019.

Seperti halnya yang diklaim oleh Bupati Batu Bara Zahir, bahwa kampung jepang ini hanya ada di kabupaten Batu Bara.

“Tempat ini kita resmikan menjadi kampung Jepang di kabupaten Batu Bara sekaligus menjadi situs sejarah pendaratan pasukan jepang yang hanya ada di kabupaten Batu Bara,” klaim Bupati Batu Bara Zahir, Senin dalam peresmian kampung Jepang (9/12/2019) di pantai Sejarah.

BACA JUGA: ‘Jepang’ Resmi Pindah ke Batu Bara

Kawasan ini dikabarkan lagi trending topik diberbagai sosial media setelah kampung Jepang tersebut diresmikan oleh Bupati Batu Bara Zahir.

Bahkan Foto-foto tentang kampung jepang yang berada di serpihan ‘surga’ selat malaka ini mulai banyak beredar di media masa. Bahkan Banyak pula para netizen yang terkecoh dan terkejut dengan penampakan aslinya.

Kampung jepang di Desa Perupuk, Kecamatan Limapuluh Pesisir, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.

Mereka para netizen menyangka desa yang dulunya didominasi oleh semak belukar di hutan bakau di pantai sejarah ini sungguhan berada di Jepang. Padahal sebenarnya berlokasi di kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.

Seperti apa sih sebuah kampung serasa Jepang yang membuat para netizen dan traveler ini jadi penasaran?

Dimana lokasi persisnya? Yuk Simak Ulasannya Berikut ini.

Istri Bupati Batu Bara Maya Indriasari saat meresmikan Kampung Jepang di Desa Perupuk, Senin, (9/12/19).

Kamu bisa menyebut lokasi pariwisata ini dengan sebutan Kampung Jepang. Jika dilihat dari letak geografisnya berada di Pantai Sejarah, tepatnya di Desa Perupuk, kecamatan Limapuluh Pesisir, kabupaten Batu Bara.

Pasti kita sudah bisa membayangkan seperti apa suasana di kampung semacam ini, sudah pasti panas sekali loh guys, tak seutuhnya sama seperti halnya di negara jepang yang memiliki udara sejuk dan juga salju.

Kampung jepang di Desa Perupuk, Kecamatan Limapuluh Pesisir, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.

Meski tak sekental dengan nuansa asli Jepang karna banyaknya hamparan hutan bakau yang lebih mendominasi dibandingkan dengan pohon sakuranya, namun kamu tetap akan bisa merasakan bagaimana tinggal di desa perupuk yang panas sengit namun mengusung konsep negara asal Samurai itu.

Kampung jepang di Desa Perupuk, Kecamatan Limapuluh Pesisir, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.

Tentu sebuah kemiripan ini tidak akan pernah bisa menyamai hal yang aslinya, namun mirip saja sudah cukup untuk menjajal kenikmatan di tempat yang asli.

Iya di tempat ini Anda akan bisa mencicipi sensasi suasana khas sakura dan bahkan Anda tidak perlu lagi datang ke negara Jepang secara langsung, apalagi jika hanya untuk berfoto. Di kabupaten Batu Bara pun bisa.

Kampung jepang di Desa Perupuk, Kecamatan Limapuluh Pesisir, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.

Selain itu, di Kampung Jepang karya dari Bupati kabupaten Batu Bara ini Anda juga bisa sekaligus mengetahui atau belajar banyak hal mengenai budaya dan sejarah penjajahan Jepang di Sumatera.

Di sini, Anda bisa saja bergaya bebas seperti halnya orang Jepang, apalagi untuk kamu yang perempuan, sudah disiapkan aneka baju Kimono dan di musim liburan panjang Anda bisa juga menyaksikan tarian khas Jepang secara langsung disini.

Persembahan Tarian jepang dalam peremsian Kampung Jepang di Desa Perupuk, Senin, (9/12/2019) – Foto Humas Pemkab Batu Bara @2019.

Di kampung jepang ini juga Anda bisa berselfie ria atau berfoto bersama dengan keluarga, sahabat, dan orang-orang yang Anda cintai dengan latar belakang spot yang menarik. Anda bisa langsung bergaya khas orang Jepang tanpa harus pergi ke Jepang langsung.

Selain design dan berbagai ornamen atau hal-hal yang akan disewakan seperti baju kimono itu, berbagai hiasan juga didesain agar menyerupai tempat dan suasana asli Jepang untuk bisa di-upload kan di media-sosial anda, seperti  yang dilakukan istri Bupati Batu Bara Maya Indriasari Zahir di bawah ini.

Istri Bupati Batu Bara Maya Indriasari Zahir saat berfose bersama PNS di Kampung jepang di Desa Perupuk, Kecamatan Limapuluh Pesisir, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.

Menarik kan untuk berkunjung ke Kampung Jepang yang merupakan buah karya Bupati dari partai PDI- Perjuangan ini?

Ayo Segera catat tanggal, tentukan waktu, ajak semua teman-teman kamu kesini dan selamat berlibur.

Sejarah Singkat Tentang Kampung Jepang di Kabupaten Batu Bara

Bupati Batu Bara, Zahir saat meresmikan Kampung Jepang di Desa Perupuk, Senin, (9/12/2019) – Foto Humas Pemkab Batu Bara @2019.

Pantai Sejarah yang terletak di Desa Perupuk, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batu Bara, terdapat satu bukti peninggalan sejarah yang sangat penting sisa dari masa perang dunia ke II.

Dimana pantai sejarah yang telah dijadikan sebagai kampung jepang itu merupakan lokasi pendaratan tentara kekaisaran Jepang Dai Nippon di Pulau Sumatera.

Ketika itu, pendaratan tentara Jepang di pantai sejarah ini diiringi dengan pembangunan benteng pertahanan Dai Nippon berupa bunker-bunker yang satu sama lainnya saling terhubung.

Tentara kekaisaran Nippon menjadikan bunker yang disebut-sebut tahan tembakan meriam dan juga tahan rudal itu dijadikan sebagai tempat pengatur srategi untuk melumpuhkan tentara sekutu di Pulau Sumatera.

Kepala Desa Perupuk, kecamatan Limapuluh Pesisir, Anton Syarkowi saat berfose di kampung Jepang.

Bunker adalah sejenis bangunan pertahanan militer. Bunker biasanya dibangun di bawah tanah menyerupai terowongan gua sebagai antisipasi pertahanan diri dari serangan nuklir musuh.

Kala itu banyak warga Batu Bara saat itu menjadi korban kekejaman tentara Dai Nippon tersebut. Bahkan ada banyak warga yang diperkosa dan disiksa habis-habisan atas kekejaman bala tentara jepang, selain diperkosa dan disiksa, kebijakan jepang kala itu menerapkan kerja paksa atau romusha bagi orang-orang Batu Bara pada masa penjajahan itu.

Belum lagi harta benda, kekayaan dan juga hasil pertanian dan perkebunan di Batu Bara yang kala itu juga dirampas sebagai bekal tentara jepang untuk survival.

Jejak-jejak peninggalan Dai Nippon di pantai sejarah inilah yang akhirnya menjadi salah satu pintu masuk bagi tentara jepang ke Pulau Sumatera saat itu, dan buktinya masih berbekas di Kampung jepang tersebut.

Menurut catatan pemerintah kabupaten Batu Bara, saat ini masih tersisa sejumlah unit bunker peninggalan Jepang di pantai sejarah yang  pada tanggal 9 Desember 2019 kemarin, telah diresmikan oleh Bupati batu Bara menjadi kampung jepang untuk dijadikan sebagai tempat situs sejarah sekaligus sebagai tempat pariwisata bagi seluruh keluarga Indonesia.

Data intelejen Jepang Sebagai Bukti Ekspansi Militer Jepang di Batu Bara

Bupati Batu Bara, Zahir saat meresmikan Kampung Jepang di Desa Perupuk, Senin, (9/12/2019) – Foto Humas Pemkab Batu Bara @2019.

Menurut sejarawan dari Universitas Negeri Medan (Unimed), Ichwan Azhari, Kampung Jepang yang telah diresmikan oleh Bupati Batu Bara pada Senin, (9/11/19) telah menunjukan bukti kabupaten Batubara merupakan kawasan strategis sebagai pusat ekspansi militer di Sumatera pada perang dunia ke II.

Data intelejen Jepang lanjut Ichwan Azhari, memperlihatkan pantai di  kabupaten Batu Bara cukup dalam untuk bersandarnya kapal perang besar menurunkan bala tentaranya ke pantai Batu Bara. Juga karena kawasan ini memiliki pantai pasir putih yang baik untuk pendaratan pasukan marinir Jepang.

Kedalaman laut Batu Bara yang ada di Tanjung Tiram itu kemudian dimanfaatkan oleh Jepang untuk menyandarkan kapal besar hasil rampasan perang milik Belanda, yakni kapal Van Waewirjk yang diproduksi pada tahun 1910 berbobot 3000 ton.

Kapal berbendera Belanda itu kemudian diganti dengan bendera Jepang dengan nama kapal Jepang Harukiku Maru.

Kapal Harikuku Maru inilah yang kemudian dijadikan sebagai pembawa hasil rampasan karet dan juga hasil bumi Batubara untuk diekspor sebagai tambahan dana Jepang dalam perang dunia ke dua di Sumatera.

Kapal malang ini akhirnya diterpedo oleh sekutu militer Belanda dengan mengunakan kapal selam Inggris bernama HMS Truculent pada 22 Juni 1944.

“Bangkai Kapal itu masih ada di perairan Tanjung Tiram sampai sekarang dan pernah diteliti oleh Balai Arkeologi Sumatera Utara,” kata Ichwan yang juga salah satu anggota tim Bupati Untuk Percepatan Pembagunan (TBUPP) kabupaten Batu Bara. ***