Potret Kemiskinan di Simpang Dolok, Desa Tempat Tinggal Bupati

Kontra.ID —Berbicara masalah kemiskinan nampaknya masih belum juga usai dan tak berujung di daerah yang dikenal dengan selogan masyarakat Industri ini.

Kondisi ini pun diperparah dengan masih kurangnya perhatian Pemerintah Batubara dalam melakukan upaya pendataan secara maksimal terhadap masyarakat yang benar-benar miskin dan kurang mampu.

Sehingga kondisi kemiskinan lama-kelamaan semakin parah dan mungkin juga bisa bertambah.

Sebab akar permasalahan serta solusi yang di canangkan Bupati Batubara di era Pemerintahan Zahir – Oky ini belum sepenuhnya menyentuh kepada masyarakat yang benar-benar miskin.

Hal itu terungkap dari kondisi Fitri Wahyuni Manullang (23) warga Desa Simpang Dolok, Kecamatan Datuk Limapuluh, Kabupaten Batubara, menjadi salah satu potret warga miskin yang telah lama tak diperhatikan, tepatnya di kampung halaman Bupati Bataubara Ir Zahir Map berdomisili.

Bagaimana tidak, Kemiskinan yang mendera Fitri Wahyuni Manullang bersama ke 6 adiknya harus tetap bertahan hidup di bawah garis kemiskinan di Desa tempat mayoritas Keluarga Bupati Batubara tinggal.

Mereka tinggal di sebuah gubuk berdindingkan koran dan beratapkan rumbia bekas dengan menempati ruangan seluas 5×7 meter tanpa kamar dan hanya berlantaikan tanah di Dusun V, Desa Simpang Dolok.

Fitri Wahyuni Manullang yang ditemui awak media, Sabtu (07/09/2019) petang lalu mengaku terpaksa harus berjibaku seorang diri.

Sejak ditinggali sang ayah dan Ibunya  sejak beberapa tahun Silam, kehidupannya kian berat, lantaran dirinya harus banting tulang untuk mencukupi kehidupan 6 adiknya, 4 orang di antaranya masih bersekolah.

“Adik-adikku harus sekolah agar penghidupannya kelak tidak susah,” tuturnya perlahan.

Bahkan Rumah gubuk tersebut tidak memiliki Toilet dan kamar mandi sehingga kadang 7 orang kakak beradik tersebut terpaksa memanfaatkan WC umum sekitar 200 meter dari gubuk peninggalan orang tua mereka.

Sang ayah Parluhutan Manullang yang berprofesi sebagai buruh tani meninggal dunia sejak tahun 2018 silam akibat penyakit yang dideritanya.

Sedangkan sang ibu Nur Lince Gultom terlebih dahulu dipanggil penciptanya pada 2015 tidak lama setelah adiknya si bungsu yang ke 7 Sinar Malik Manullang lahir ke dunia.

Untuk menghidupi ke 6 adik-adiknya itu, Fitri Wahyuni Manullang rela tidak menikah dan mengambil pekerjaan apa saja dari orang yang memberinya pekerjaan, termasuk mengumpulkan bahan butut.

Menurutnya, yang ia makan bersama 6 adiknya saat ini halal dan murni dari tetes keringatnya dari hasil upahannya membanting tulang sendirian.

Dengan berurai air mata, Fitri mengisahkan kisah pilunya bersama adik-adik yang terlebih saat hujan lebat turun. Air hujan merembes  mereka karena atap rumbia gubuk yang mereka diami bocor sejak lama.

Saat hingar bingar pesta demokrasi yang lalu, Fitri bahkan sama sekali tak pernah dilirik Calbub, partai politik atau Caleg apalagi Capres yang sibuk mencari suara dikala itu.

Bagi dirinya, politik tidak ada pengaruh bagi kehidupannya, yang dia takutkan saat ini adalah usianya yang semakin bertambah dengan kondisi rumah yang penuh penyakit hinga membuatnya nanti terjatuh sekarat, tentunya dia tidak bisa mengais rezeki lagi untuk adik adiknya.

“Tolong kami pak Bupati (Zahir). Tolong dibedah rumah kami agar kami bisa tinggal di rumah sehat. Bapak kan orang Simpang Dolok jadi tolonglah kami,” ujarnya lirih.

Dikatakan Fitri, jika Bupati Batubara tak sudi membantu membedah rumah reyotnya itu, dirinya bermohon uluran tangan dari donatur baik dari perusahaan maupun para darmawan dari luar yang baik untuk membantu bedah rumah yang selama ini dia harapkan.

“Apabila dermawan ingin membantu kami, bantuan dapat di salurkan atas nama Jaspen Manullang melalui BNI nomor rekening 0192-3556-19,” ujar Fitri penuh harap.

Kadis Sosial Mengaku Tak Mengetahui Ada Warga Miskin di Kampung Zahir

Kadis Sosial Batubara Bahrumsyah.

Sementara Kepala Dinas Sosial Batubara, Bahrumsyah saat dihubungi (8/9/2019) tak terima dikatakan lalai dalam ngurusi warga miskin di tempat Bupati Batubara berdomisili.

Justru dia mengkaitkan permasalahan tersebut dengan lalainya Pemerintah Desa Simpang Dolok, yang kurang memperhatikan warganya tersebut.

“Tak pernah tau kita, pihak desanya itu yang tak melaporkan” Ujar Bahrumsyah santai.

Namun saat dicecer kembali oleh wartawan, kini bapak sudah tau, bagaimana?

“Masalahnya, pertama sekali kita tidak ada menerima laporan dari desa, tapi setelah kita tau informasi ini besok kita suruh cek lah itu melalui anggota kita di TKSK, dan besok kita akan langsung jeput bola” kilah Bahrumsyah.

Dia melanjutkan, di tahun ini bantuan rumah bedah di kabupaten Batubara ada sekitar 40 rumah dari kemensos, namun sayangnya Fitri Wahyuni Manullang tak termasuk sebagai salahbsatu penerima dari bantuan rumah bedah tersebut. Dalam hal ini pemerintah Batubara, lagi lagi tak hadir untuk Fitri Wahyuni Manullang.

“Itu bantuan yang mendapat TKH saja, 2019 ini tak mungkin (Fitri Wahyuni Manullang mendapatkanya), tapi di tahun 2020 ya boleh jadi apabila sudah terdata dulu di basis data terpadu (BDT)”

“Dan BDT itu fungsinya ada di Operator Desa karna sudah terintegrasi langsung ke link datanya dengan data pusdatin di kemensos” ujarnya lagi.

Bahrumsyah mengimbau kepada pihak desa Simpang Dolok, supaya bisa memperhatikan dengan mendata warganya yang benar-benar tinggal dirumah yang tak layak huni, terlebih warga tersebut berasal dari desa keluarga Bupati Zahir berdomisili.

Minimal kata dia, pihak desa harus mencari tahu, apakah warganya layak untuk mendapatkan bantuan bedah rumah itu ataukah tidak?, Sebab dia yakin, masih banyak warga yang di Simpang Dolok berhak mendapatkan bantuan bedah rumah tersebut.

“Jadi desa Simpang Dolok itu jangan macam macam lagilah, satu macam aja, kalo ada masyarakat yang miskin data aja terus, karna pendataan itu ada sama mereka dan data desa itu terhubung langsung dengan link data pustadin kemensos” pungkasnya. *Tuah Aulia Fuadi